Breaking News

Bupati Lamongan Resmikan KH Ahmad Muhtadi Pejuang Kemerdekaan RI Menjadi Jalan di Sendang duwur Paciran

Lamongan — Bupati Lamongan, Yuhronur Effendi, telah meresmikan nama salah satu jalan di kecamatan Paciran kabupaten Lamongan yang merupakan salah satu pejuang dimasa kemerdekaan.

Perubahan tersebut merupakan usulan dari Keluarga besar santri, alumni dan pengurus BP3MNU Almuhtadi yang disampaikan secara lisan dan tulisan oleh Ketua Pengurus, KH. Ahnan Afif, dalam peringatan Haul ke-77 KH. Ahmad Muhtadi, kepada Bupati Lamongan yang waktu itu hadir di halaman Pondok Pesantren (PP) Almuhtadi, Desa Sendangagung, Kecamatan Paciran, Lamongan, 11 April 2025,dan tepat pada tanggal 17 Agustus 2025 . RI ke-80, nama KH Ahmad Muhtadi menjadi jalan resmi menggantikan Jalan Simpang Kusuma atau Jalan Raya Pasar Ikan.

KH. Ahmad Muhtadi merupakan Kiai, Ulama dan Pejuang kemerdekaan RI yang gugur ditembak oleh Belanda dalam mempertahankan NKRI.

Kiai Ahmad Muhtadi lahir pada tahun 1908 di Desa Kranji Paciran, putra dari KH. Musthosa, pendiri PP. Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Paciran, pada tahun 1921.

Beliau mulai menuntut ilmu di PP. Tebuireng, Jombang, dibawah asuhan KH. Hasyim Asyari, yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Di Pesantren inilah beliau berhasil menghafal Al Quran (hafidz) selama 1 tahun.

Dari Tebuireng kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah, Seblak, Jombang, dibawah asuhan KH. Ma’sum Ali.

Disini beliau mendalami ilmu falak (astronomi) hingga menjadi kiai terkemuka yang ahli falak. Dari pondok tersebut, kemudian ke Pondok Rejoso, Jombang, dan ke Pondok Siwalan, Panji, Sidoarjo

Setelah dari pesantren-pesantren, Kiai Muhtadi kemudian kembali ke Kranji, Paciran, dan menikah dengan Raden Robiah, yang merupakan putri KH. Umar Suto, Sendangagung, Paciran, dan pengasuh PP Ismailiyyah Suto Sendangagung.

Kiai Muhtadi kemudian menjadi pengasuh PP Ismailiyyah Almuhtadi dan mendirikan Madrasah Almuhtadi. Sehingga beliau adalah salah satu ulama yang memiliki peran penting dalam pendidikan Islam di Pantura, Lamongan.

Pada peristiwa Resolusi Jihad dan perang 10 November 1945, Kiai Muhtadi merupakan satu dari sekian banyak ulama yang memberikan kontribusi langsung dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI ini. Beliau tampil sebagai aktor utama yang memobilisasi santri dan pejuang dari kawasan pesisir Pantura Lamongan.

Dengan spirit resolusi jihad itu, Kiai Muhtadi kemudian mengorganisir dan memimpin barisan pejuang yang di kenal dengan Laskar Hizbullah dan Sabilillah dari kawasan Pantura (Lamongan Tuban dan Gresik) untuk berperang melawan pasukan sekutu Belanda dalam perang 10 Nopember 1945.

Pada agresi militer Belanda II tahun 1949, situasi wilayah Pantura Lamongan diwarnai dengan tindakan kejam oleh Belanda. Salah satu peristiwa tersebut adalah penangkapan Kiai Muhtadi pada tanggal 3 Juli 1949/7, Ramadhan 1368. Saat itu, Kiai Muhtadi sedang berkerja di sawah. Dengan tanpa perlawanan, pasukan Belanda berhasil menangkap Kiai Muhtadi sebagai upaya melemahkan perlawanan rakyat melalui penangkapan tokoh-tokoh agama dan masyarakat.

Setelah penangkapan, rumah Kiai Muhtadi kemudian dibakar oleh pasukan Belanda termasuk membakar seluruh kitab-kitab dan buku-buku karya beliau yang bisa digubakan mengajar santrinya di PP Ismailiyyah Almuhtadi

Pada tanggal 9 Juli 1949, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1368, dua ulama besar dari Pantura yang juga kakak beradik, KH Ahmad Muhtadi dan KH Moh Amin Tunggul, yang sudah ditangkap Belanda mau dipindahkan dari markas penjara Paciran ke Lamongan.

Dalam situasi terdesak oleh rakyat yang mengetahui penangkapan Kiai Muhtadi dan Kiai Amin, Belanda kemudian memindahkan para tawanan yang terdiri dari para Kiai dan tokoh agama, dengan berjalan kaki dan rantai di tangan berjalan dari Paciran, hingga sampai di Desa Dagan Kecamatan Solokuro, Kiai Muhtadi dan adiknya Kiai Amin, dieksekusi oleh Belanda di Desa tersebut dengan beberapa penderek/pengikut/santrinya.

Akhirnya dengan tembakan eksekusi Belanda secara kejam tersebut, Kiai Muhtadi dan Kiai Amin bersama beberapa pengikutnya wafat secara syahid dan dimakamkan oleh warga sekitar di tempat yang tidak jauh dari lokasi penembakan.

Kini makam pahlawan tersebut tampak terawat dan setiap 17 Agustus selalu digelar renungan suci dan ziarah ke Makam Pahlawan, Kiai Muhtadi dan Kiai Amin di Desa Dagan.

Alhamdulillah, akhirnya di momen 80 tahun HUT Kemerdekaan RI tahun ini, Bupati Lamongan, Yuhronur Effendi, mengabadikan nama Kiai Haji Ahmad Muhtadi sebagai nama jalan di Lamongan, menyusul nama adiknya Kiai Amin yang sudah lebih dahulu menjadi nama jalan di Ksbupaten tersebut.

Semoga kita bisa meneladani spirit perjuangan, nasionalisme dan cinta tanah air Kiai Muhtadi hingga beliau rela ditembak oleh Belanda demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Editor   :  Bed

0 Comments

© Copyright 2024 - Barometer Investigasi News
wa